Apa Saja Strategi Orang Tionghoa Dalam Berbisnis Sehingga Mayoritas Bisnisnya Banyak Yang Sukses?

Bisnis, SURYABERITA.COM - Apa Saja Strategi Orang Tionghoa Dalam Berbisnis Sehingga Mayoritas Bisnisnya Banyak Yang Sukses? Tidak bisa di pungkiri bahwa Orang yang berketurunan Tionghoa mayoritas bisnisnya pada sukses dan terkenal di dunia sebagai pribadi yang amat sangat kuat dalam menjalani bisnisnya sampai amat sangat sukses.

Nama dan Keturunan Tionghoa terkenal karena bisnisnya yang sukses bukan hanya terkenal di negara kita saja, akan tetapi sampai ke penjuru dunia, mereka memiliki ilmu yang tidak semua orang punya serta ketekunan dan mental baja yang tidak dimiliki keturunan manapun.

Semua orang keturunan Tionghoa ini terkenal bukan hanya yang terlahir di China saja, akan tetapi kita sebagai orang indonesia sendiri tahu dan bahkan sering mendengar bahwa orang china Tionghoa yang lahir di indonesia juga selalu banyak yang sukses.

Kali ini kita hanya akan membahas orang Tionghoa yang terlahir di Tanah jawa dan tanah Indonesia saja, karena agar apa yang akan kami catat disini ini adalah dari kenyataan apa yang kita lihat bukan hanya sekedar dongeng saja.



Jangan percaya bulat-bulat!

Orang Tionghoa kalau sukses mereka pasti mapan, kalau bangkrut ya mereka amsyong remuk seremuk-remuknya, dikucilkan dan bisa saja mereka bunuh diri. meskipun data bunuh dirinya Keturunan Tionghoa Jarang terliput di media-media kita Indonesia.

Akan tetapi angka Bunuh diri dari mereka termasuk banyak yang ada di indonesia ini.

Resep suksesnya Mereka cuman satu kok yitu "BERDAGANG, BISNIS" karena mereka gak punya pilihan selain berdagang,

Dahulu orang Tionghoa mendapatkan diskriminatif, tidak bisa bekerja di pemerintahan, dulu sektor pemerintahan dikuasai orang dari suku jawa, makanya dulu banyak orangtua menamai anaknya dengan nama jawa meski bukan orang jawa, tujuannya agar sang anak bisa bekerja di dalam tubuh pemerintahan.

karena tidak punya pilihan, mau bertani gak ada tanah, mau jadi karyawan, terkendala rasnya, jadilah mereka pedagang, namanya pedagang, itu kalau gak ketat masalah keuangan, bisa bangkrut, apalagi orang tionghoa itu kebanyakan sumber keuangannya dari minjam ke bank, atau sanak saudara, jadi itulah mengapa mereka takut sekali gak bisa kembalikan.

Kalau mereka gak bisa kembalikan, kepercayaan akan hilang, dan mereka gak bisa minjam uang lagi dalam jumlah lebih besar.

Menjadi pedagang, membuat mereka harus kuat hitung-hitungan, modal gak boleh dimakan, keuntungan harus diputar lagi, sampai mereka bisa beli rumah dan toko, baru boleh makan enak, dan itu diajarkan sampai generasi ke 3..

Kalau anda nonton film cek toko sebelah, itu kan berdasarkan pengalaman nyata, dimana banyak orang Tionghoa generasi pertama dan kedua, mau mewariskan tokonya kepada anaknya, tapi karna zaman kini orang tionghoa bebas bekerja dimanapun, termasuk jadi tni, polisi, bahkan kerja di pemerintahan, akhirnya tuh toko gak ada yang ambil alih.

Hermanto Tanoko ( salah satu orang terkaya di indonesia) pernah bilang bahwa, dia minjam ke bank bukan untuk konsumtif tapi guna membesarkan bisnisnya.

Ayo loh….siapa di sini yang minjam ke bank untuk kredit mobil? kredit televiisi gede? beli motor? daftarin untuk anak jadi…*** ( isi sendiri).

jadi sekarang tau kan apa bedanya?

Banyak buku yang membedah kisah sukses orang tionghoa, padahal di negara china sana, jumlah orang miskin itu banyak sekali, terus mengapa di negara lain mereka berkembang, jadi bukan karena ras mereka, ujuk-ujuk langsung dibekali kemampuan berwirausaha.

Karena mental perantauan itu berbeda, jadi, alam yang membentuk mereka menjadi seperti itu, mereka harus survive, untuk itu harus hemat, mereka harus berdagang, karena hanya itu pekerjaan paling rasional di ambil, mereka juga harus berinvestasi, agar bisa hidup tenang di masa tua nanti, karena mereka minoritas, jadi tidak mungkin bisa minta tolong sama birokasi.

Jadi, Apakah kita semua bisa berkaca dari mental perantauan dan juga mental dagang dari mereka?

Saya bisa melihat mayoritas orang indonesia ini khususnya yang masih muda mudi, hanya beberapa persen saja dari muda mudi indonesia ini yang benar-benar punya mental seperti orang Tionghoa demi masa tua agar tidak sengsara.

Muda mudi indonesia saat ini cenderung lebih banyak ingin hidup enak tapi tanpa ingin berjuang dan belajar cara mendapatkan kehidupan enak itu seperti apa.

Mereka ingin terlihat Hedon tapi standart masih gaji UMR dan tidak berlajar berdagang seperti hebatnya orang Tionghoa.

Mental muda mudi indonesia saat ini lebih senang dalam zona nyaman (Sebagai Pekerja) yang sebenarnya justru membuat mereka susah di masa tua dan dimasa setelah mereka lepas dari pekerjaan mereka.

Editor:
Ikik Zia Arizky

0 Komentar